Dilihat 0 kali
Ilustrasi (Fhoto : istimewa) |
Memasuki bulan April 2020, para ahli mengungkapkan fakta baru yang mengejutkan tentang COVID-19. Para ahli mengatakan, COVID-19 yang terus bermutasi telah memasuki fase jinak.
Hal ini membuat COVID-19 tak lagi menyebabkan batuk kering, sesak napas dan demam, tetapi gejalanya menjadi nyeri otot. Dikutip dari Sindonews.com, Megan Coffee dari Universitas New York yang merupakan penelitian mengatakan, mereka menemukan hubungan antara nyeri otot dan kasus COVID-19 selama analisis terhadap 53 pasien di Wenzhou, Tiongkok.
Namun, Prof Coffe akan bertanya kepada pasien tentang sesak napas sebelum gejala lain yang kurang serius.
"Harapan kami adalah untuk membantu dokter pada tahap pertama untuk dapat mengidentifikasi siapa yang mungkin sakit karena banyak kasus ringan," ujarnya yang dikutip Business Insider.
Sementara menurut Thesun, nyeri disebabkan oleh sitokin yang dilepaskan ke dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi.
Sementara itu, ribuan urutan genetik virus telah diunggah ke database terbuka NextStrain yang menunjukkan bagaimana virus bermigrasi dan membelah menjadi subtipe baru. Para peneliti mengatakan data menunjukkan virus corona bermutasi rata-rata setiap 15 hari, menurut National Geographic.
Sedangkan, salah satu pendiri NextStrain, Trevor Bedford, mengatakan bahwa mutasi sangat kecil sehingga tidak ada satu strain yang lebih mematikan daripada yang lain. Para peneliti juga percaya strain tidak akan tumbuh lebih mematikan ketika berevolusi.
"Mutasi ini benar-benar jinak dan berguna sebagai potongan teka-teki untuk mengungkap bagaimana virus menyebar," tutur Bedford kepada National Geographic yang dikutip The Sun Minggu 5 April 2020.
Dia menambahkan berbagai jenis virus memungkinkan untuk melacak penularannya dan seberapa luas penyebarannya, yang mengindikasikan apakah kebijakan isolasi sendiri berdampak.
“Kita akan dapat mengetahui seberapa jauh transmisi yang kita lihat dan menjawab pertanyaan,‘ Bisakah kita melepaskan kaki kita dari gas? ” Kata Bedford.
(okezone.com)
Namun, Prof Coffe akan bertanya kepada pasien tentang sesak napas sebelum gejala lain yang kurang serius.
"Harapan kami adalah untuk membantu dokter pada tahap pertama untuk dapat mengidentifikasi siapa yang mungkin sakit karena banyak kasus ringan," ujarnya yang dikutip Business Insider.
Sementara menurut Thesun, nyeri disebabkan oleh sitokin yang dilepaskan ke dalam tubuh sebagai respon terhadap infeksi.
Sementara itu, ribuan urutan genetik virus telah diunggah ke database terbuka NextStrain yang menunjukkan bagaimana virus bermigrasi dan membelah menjadi subtipe baru. Para peneliti mengatakan data menunjukkan virus corona bermutasi rata-rata setiap 15 hari, menurut National Geographic.
Sedangkan, salah satu pendiri NextStrain, Trevor Bedford, mengatakan bahwa mutasi sangat kecil sehingga tidak ada satu strain yang lebih mematikan daripada yang lain. Para peneliti juga percaya strain tidak akan tumbuh lebih mematikan ketika berevolusi.
"Mutasi ini benar-benar jinak dan berguna sebagai potongan teka-teki untuk mengungkap bagaimana virus menyebar," tutur Bedford kepada National Geographic yang dikutip The Sun Minggu 5 April 2020.
Dia menambahkan berbagai jenis virus memungkinkan untuk melacak penularannya dan seberapa luas penyebarannya, yang mengindikasikan apakah kebijakan isolasi sendiri berdampak.
“Kita akan dapat mengetahui seberapa jauh transmisi yang kita lihat dan menjawab pertanyaan,‘ Bisakah kita melepaskan kaki kita dari gas? ” Kata Bedford.
(okezone.com)
Post a Comment
Facebook Disqus