Dilihat 0 kali
MAKKAH, ARAB SAUDI - Hanya tinggal menunggu beberapa jam saja, jemaah haji asal Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang tergabung Kloter VII MES (Sergai, Tebing Tinggi, Nias dan Deli Serdang) debarkasih Jeddah akan kembali ke tanah air.
Rangkaian akhir Karom, Karu dan Ketua Kloter terlebih dahulu melakukan briefing dari maktab 6 Syekh Ayyub terkait dengan pembekalan jemaah agar meningkatkan koordinasi menjelang keberangkatan menuju tanah air.
Hal ini dikatakan Ketua TPHD Sergai H Soekirman yang disampaikan kepada Kadis Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Drs H Akmal, M.Si melalui WhatsApp langsung dari Makkah, Arab Saudi, Rabu (28/8/2019) malam.
Dikatakan Soekirman, bahwa hal penting agar jemaah tidak turun dari hotel sebelum aba-aba, tepat pukul 11.00 WAS jemaah menuju bus ke bandara di depan hotel. “ Agar tas jinjing dikumpulkan sesuai rombongan dan masuk bagasi bus bersama jemaah setiap Karom” katanya.
Labih lanjut disampaikan Soekirman, terdapat 9 bus yang mengangkut jemaah. Proses administrasi Paspor di Imigrasi diurus petugas maktab dan masing-masing jemaah telah terima Paspor serta boarding pass di bandara menjelang masuk transit area.
“Pesawat kloter VII Garuda GA 3207 dengan jumlah manifes 391 jemaah, 1 jemaah Hj.Fatimah Zahra binti Rekso asal rombongan T Tinggi, meninggal dunia di Makkah. Ada 1 jemaah asal Deli Serdang yang disertakan ke Mes VII karena alasan usia dan kesehatan,” ungkapnya.
Saran untuk Perbaikan Pelayanan Haji
Dari pengamatan seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah haji yang tergabung dalam Kloter VII selaku TPHD memberikan saran mengingat ibadah haji (syarat haji, rukun haji, dan wajib haji) adalah ibadah yang dominan fisik dibanding amalan, maka Kemenag melalui Dir Haji dan PPHI perlu melakukan perbaikan diantaranya pertama, syarat haji, terutama harus sehat jasmani dan rohani harus benar-benar ditegakkan. Banyak penderita stress, dimensia yang merepotkan petugas, sehingga minta pulang, meraung-raung disana.
Kemudian yang kedua, Istito'ah atau sehat badan menjadi otoritas TKHI agar benar diterapkan. Kalau tidak dipenuhi syaratnya agar lebih baik tidak diloloskan. Seperti informasi, pernah beberapa tahun lalu ada jemaah yang terpaksa dikurung dengan pengawasan ketat. Jemaah seperti itu suka lari dari kamar dan juga mengganggu serta membahayakan jemaah lain, kisah Soekirman.
Tentu jemaah seperti ini tidak cukup hanya pengawasan TKHI tetapi juga merepotkan ketua Kloter maupun panitia lain. Dengan adanya jemaah seperti itu jelas mengganggu TKHI dalam pelayanan jemaah lainnya, ujarnya.
Ditambahkan Soekirman bahwa Jemaah Resiko Tinggi (Risti) karena uzur dan tua yang menggunakan kursi roda, sebaiknya didampingi pendamping. Boleh dari keluarganya atau orang lain yang diberi prioritas. Penambahan quota sebaiknya diprioritaskan pada pendamping haji dengan Risti, jika perlu dibuat surat perjanjian bahwa mereka dapat prioritas karena bersedia dan bertanggung jawab untuk mendampingi jemaah Risti.
Sedangkan KBIH, perlu bimbingan ibadah haji untuk setiap Kloter. Sempurnanya ibadah haji terpulang lengkap tidaknya pembimbing. Dengan lengkapnya pembimbing yang terus menerus dampingi dalam proses rukun, dan wajib haji, akan membuat peserta sempurna penghayatan dan menaikkan nilai-nilai ketauhidan.
Harus diingat bahwa yang kita jemput dalam ibadah haji adalah nilai tauhid. sebagai pamungkas rukun Islam adalah haji mabrur. Implementasinya tentu pasca ritual haji setelah jemaah kembali ke tengah masyarakat kelak ditanah air, tukas Ketua TPHD Sergai.
IPHI Bersaudara
Sebagai komunitas yang terus menerus beribadah selama 42 hari, wajar jemaah setelah ibadah haji selesai membentuk komunitas yang dikenal sebagai Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia atau IPHI. Dari pertemuan Karom dan Karu Kloter VII sepakat akan menyumbangkan pikiran guna meningkatkan manajemen Masjid, meningkatkan kepedulian terhadap fukara wal masakin dan perhatian pada anak yatim melalui IPHI. Konkritnya akan dibahas setelah kembali ke Tanah air.
Karom dan Karu Peduli.
Satu lagi masukan penting agar penetapan Karom dan Karu benar-benar didasarkan semangat kepedulian. Bukan hanya karena masih relatif muda, tetapi punya minat dan kepedulian yang tinggi untuk melayani jemaah dalam regu dan rombongannya.
Demikian laporan dan masukan dari TPHD (Sergai, Tebing Tinggi, Nias) kloter MES VII embarkasi Kuala Namu Medan. Tepat jam 07. 15 WAS, Kamis 29 Agustus, Pesawat Garuda GA 3207 take off meninggalkan Bandara King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi. Insya allah akan tiba di Kuala Namu pukul 20.15 WIB pada hari yang sama.
(Ketua TPHD Sergai Ir.H.Soekirman)
Kemudian yang kedua, Istito'ah atau sehat badan menjadi otoritas TKHI agar benar diterapkan. Kalau tidak dipenuhi syaratnya agar lebih baik tidak diloloskan. Seperti informasi, pernah beberapa tahun lalu ada jemaah yang terpaksa dikurung dengan pengawasan ketat. Jemaah seperti itu suka lari dari kamar dan juga mengganggu serta membahayakan jemaah lain, kisah Soekirman.
Tentu jemaah seperti ini tidak cukup hanya pengawasan TKHI tetapi juga merepotkan ketua Kloter maupun panitia lain. Dengan adanya jemaah seperti itu jelas mengganggu TKHI dalam pelayanan jemaah lainnya, ujarnya.
Ditambahkan Soekirman bahwa Jemaah Resiko Tinggi (Risti) karena uzur dan tua yang menggunakan kursi roda, sebaiknya didampingi pendamping. Boleh dari keluarganya atau orang lain yang diberi prioritas. Penambahan quota sebaiknya diprioritaskan pada pendamping haji dengan Risti, jika perlu dibuat surat perjanjian bahwa mereka dapat prioritas karena bersedia dan bertanggung jawab untuk mendampingi jemaah Risti.
Sedangkan KBIH, perlu bimbingan ibadah haji untuk setiap Kloter. Sempurnanya ibadah haji terpulang lengkap tidaknya pembimbing. Dengan lengkapnya pembimbing yang terus menerus dampingi dalam proses rukun, dan wajib haji, akan membuat peserta sempurna penghayatan dan menaikkan nilai-nilai ketauhidan.
Harus diingat bahwa yang kita jemput dalam ibadah haji adalah nilai tauhid. sebagai pamungkas rukun Islam adalah haji mabrur. Implementasinya tentu pasca ritual haji setelah jemaah kembali ke tengah masyarakat kelak ditanah air, tukas Ketua TPHD Sergai.
IPHI Bersaudara
Sebagai komunitas yang terus menerus beribadah selama 42 hari, wajar jemaah setelah ibadah haji selesai membentuk komunitas yang dikenal sebagai Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia atau IPHI. Dari pertemuan Karom dan Karu Kloter VII sepakat akan menyumbangkan pikiran guna meningkatkan manajemen Masjid, meningkatkan kepedulian terhadap fukara wal masakin dan perhatian pada anak yatim melalui IPHI. Konkritnya akan dibahas setelah kembali ke Tanah air.
Karom dan Karu Peduli.
Satu lagi masukan penting agar penetapan Karom dan Karu benar-benar didasarkan semangat kepedulian. Bukan hanya karena masih relatif muda, tetapi punya minat dan kepedulian yang tinggi untuk melayani jemaah dalam regu dan rombongannya.
Demikian laporan dan masukan dari TPHD (Sergai, Tebing Tinggi, Nias) kloter MES VII embarkasi Kuala Namu Medan. Tepat jam 07. 15 WAS, Kamis 29 Agustus, Pesawat Garuda GA 3207 take off meninggalkan Bandara King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi. Insya allah akan tiba di Kuala Namu pukul 20.15 WIB pada hari yang sama.
(Ketua TPHD Sergai Ir.H.Soekirman)
Post a Comment
Facebook Disqus