Dilihat 14 kali
MEDAN,Sumutrealita.com -
Lega dan optimisme. Rasa inilah yang diutarakan Jihran H Lamuma setelah
tampil di panggung Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXVII di
Medan, Sumatera Utara. Siswa SMP Negeri 1 Liang ini tampil dengan
melantunkan Surat Al-An'am Ayat 21. Ia tampil tanpa gugup dan
memanfaatkan waktu dengan pas. Selesai sebelum 8 menit.
Usai
tampil, di belakang panggung MTQN bidang Tilawah Anak, Minggu (7/10),
Jihran mengaku optimis dengan tampilannya. Meski tajwidnya masih ada
yang kurang. Jihran tetap optimis telah memberikan yang terbaik untuk
warga Sulteng yang saat ini sedang berjuang bangkit pascabencana.
Kepada
wartawan, Jihran yang didampingi pendampingnya dari Sulteng bercerita
soal perjuangannya ke tahap ini. Banyak hal yang telah dilakukan ia
bersama 50 rekan-rekannya untuk sampai ke tahap ini. Gempa yang melanda
Palu, 28 September lalu tak menghambat semangat mereka.
Sempat
terhenti berlatih selama enam hari, kemudian listrik yang padam hingga
penundaan penerbangan tak menganggu mental Jihran tampil melantunkan
ayat suci Alquran. "Gempa sangat berpengaruh sama kami. Saat gempa saya
sedang membaca Alquran. Gempanya sangat kencang. Kami langsung keluar
kamar," kata pria kelahiran tahun 2004 tersebut.
Jihran
menyebutkan saat gempa, ia dan rekan-rekan kafilah lainnya dari Sulteng
sedang melakukan pembinaan di Asrama Haji Palu. "Usai gempa, kami
dikembalikan ke rumah. Syukurnya keluarga semua selamat. Setelah enam
hari baru balik lagi ke Asrama Haji," ucap putra berdarah Sulawesi
tersebut.
Pasca
gempa, saat kondisi malam hari, mereka hanya membaca Alquran dari
handphone. Bahkan terkadang jika baterai handphone habis, mereka
menghidupkan lilin sebagai cahaya penerang membaca Alquran. "Sampai kita
berangkat tanggal 5 Oktober, listrik di Palu masih padam. Jadi berlatih
seadanya. Begitu besar perjuangan kami sampai ke sini," kata
Arnold Firdaus, Kepala Biro Kesra Sulteng yang mendampingi Jihran.
Tak
hanya listrik padam, kondisi keuangan juga sempat menghambat mereka.
"Tidak ada ATM, susah jadi ambil duit. Apalagi bank belum buka,"
katanya.
Belum
lagi saat menuju Medan, mereka harus naik pesawat jenis Herkules 45
menit ke Balikpapan. Dari Balikpapan diangkut lagi dengan Herkules ke
Surabaya hingga dua jam. "Dari Surabaya baru kami merasakan AC pesawat
saat terbang ke Medan. Sungguh luar biasa. Untungnya mereka semua
semangat," kata Firdaus.
Bagi
mereka kompetisi MTQN merupakan kompetisi sakral. "InsyaAllah ini
menjadi ladang pahala bagi kami membumikan Alquran. Ini perintah Allah.
Jadi kami harus berangkat ke Medan. Semua keluarga juga mendukung. Kami
melakukan ini semua untuk warga Sulteng yang sedang berjuang. InsyaAllah
kami memberikan yang terbaik di ajang ini," harap Firdaus.
(R)
Post a Comment
Facebook Disqus